" Marketing is not the matter of how to create customers but how to win the heart of customers "

Senin, 27 September 2010

Telkom Sumatra Kembangkan Taman Digital di Kabupaten

Medan, 27 Sep 2010
CSR-1 Dorong Pelanggan Speedy Tumbuh Hingga 50% dari Pelanggan POTS
GM UCSR-1 Sumatra,Overlis, Senin (27/9) membuka secara resmi pelatihan STLP dI Learning Center, Medan, Jln Jamin Ginting, Medan. Pelatihan yang diikuti 34 orang dari beberapa unit bisnis yang ada di Sumatra itu akan berlangsung hingga Jum'at (1/10). Hadir pada pembukaan pelatihan, Kordinator Group Learning Program (GLP) Tengku Hedy Safina dan OM LC Medan Muhammad Yamin.

Overlis dalam ceramahnya menjelaskan kondisi persaingan dan potensi yang ada di Sumatra saat ini. Dengan potensi populasi penduduk sebanyak 50 juta jiwa maka seharusnyalah layanan broadband dapat tumbuh lebih besar. Diakui Overlis, tingkat persaingan bisnis data dan internet pun sudah nyaris sama dengan yang dihadapi UCSR-2 Jakarta karena semakin banyaknya kompetitor. Overlis juga menjelaskan berbagai hal yang dihadapi oleh Unit Consumer Service (UCS) Regional 1 Sumatra pas Transformasi Organisasi.

Menyangkut dengan bisnis data dan internet saat ini, jelas Overlis, ada tiga pilar penting yang menjadi ”kata kunci” untuk memenangkan persaingan. Ketiga pilar itu adalah ; (1) infrastruktur, (2) Chanel dan (3) Edukasi. Tiga pilar ini harus digarapa secara serius. Menyangkut dengan infrastruktur, Overlis mengatakan harus tersedia diseluruh lokasi pemasaran agar kebutuhan masyarakat dapat dipenuhi. Dibeberapa area kondisi infrastruktur tersedia dengan cukup namun di beberapa area kondisinya sudah kritis. ”UCSR-1 bersama Diva dan Divisi Infratel sudah melakukan koordinasi untuk mengamankan alat produksi yang kritis tadi termasuk upaya-upaya meningkatkan kualitas lananannya,” jelas Overlis.

Pilar kedua adalah Chanel. Dalam bisnis telekomunikasi ke depan maka pengelolaan chanel harus dilakukan secara intensif. Saat ini, ada tujuh bentuk chanel ( Dealership, telemarketing, Co-Branding, Commaers Teritory, Community. Phone-ini/Web-in/SMS-in dan Walk-in Plasa) yang dikembangkan untuk mengamankan target sales Speedy. Namun demikian, chanel ”Pejuang” masih memberikan kontribusi yang cukup besar bagi sales Speedy di Sumatra.

Sedangkan pilar ketiga adalah : edukasi. Dengan populasi penduduk sebanyak 50 juta yang berdomisili di 1300 kecamatan, 151 kabupaten, 10 provinsi, adalah pasar yang potensial. Namun, pelanggan Speedy saat ini barulah 245 ribu SSL. Sedangkan pelanggan POTS saat ini mencapai 1,1 juta sst. Kata Overlis, pihaknya berharap, pelanggan Speedy dapat tumbuh hingga 50 % dari jumlah pelanggan POTS. ” Agar pelanggan Speedy dapat tumbuh signifikan maka masalah edukasi menjadi semakin penting,” kata Overlis.

Program-program edukasi yang sudah dilakukan adalah mengembangkan Layanan pelatihan Broadband Learning Center (BLC) diseluruh Kantor Telkom di tingkat Provinsi dan Kabuipaten. Dengan BLC ini, maka program edukasi dapat dilakukan lebih intensif karena diberikan secara gratis. Selain BLC, juga dilakukan pengembangan Taman Digital dan pemasangan Wi-Fi baik gratis mau pun berbayar di banyak lokasi. Overlis memberikan contoh, CSA Sumatera Barat yang selama kini gencar melakukan edukasi saat ini menuai hasil sales yang cukup besar.

Program edukasi dalam bentuk BLC dan Taman Digital dapat dilakukan melalui program kerjasama Pemerintah Kota dan Kabupaten serta komunitas-komunitas yang ada. Beberapa Taman Digital yang dibangun, seperti Taman Ahmad Yani, Medan, dilakukan kerjasama dengan Pemko Medan, Taman Digital Benai dilakukan kerjasama dengan Pemkab Taluk Kuantan, Taman Digital Taman Sari dilakukan kerjasama dengan Pemko Banda Aceh dan Taman Digital Engku Putri dilakukan bekerjasama dengan Pemko Batam. *** Syaiful Hadi – Medan

Rabu, 22 September 2010

Profil Overlis, cuplikan dari Majalah Inside Sumatra Juli 2010

Overlis, GM Telkom Divisi Consumer Regional 1 SumateraSemangat, Solid, Speed Up, Sukses dan Syukur by. Ekky Siwabessy (Majalah Inside Sumatera Juli 2010)

Entah iseng atau karena keadaan sulit, hingga seorang ayah yang harus berulang kali pindah menghindari konflik PRRI-Pusat yang mewabah di Riau daratan memberinya nama Overlis. Sebuah nama unik yang berbeda dengan nama delapan anaknya yang lain, yang lebih berbau Melayu.
“Aku kasih nama itu, karena waktu kamu lahir, kita sekeluarga pindah-pindah terus. Makanya namamu Overlis. Artinya kurang lebih over sana over sini”. Demikianlah Pak Overlis, GM Telkom Divisi Consumer Regional 1 Sumatera, menirukan ucapan ayahnya ketika ia sendiri mempertanyakan namanya yang ganjil bagi orang Melayu itu.

Namanya Overlis. Hanya “Overlis”, tanpa embel-embel apapun di belakangnya. Namun siapa sangka, nama yang berbeda dengan saudara-saudaranya itu memang benar-benar memberikan nasib yang berbeda pula pada seorang Overlis. Setelah dewasa, sesuai namanya yang bagi seorang Islam adalah doa, beliau memang di-over ke sana dan ke sini karena tuntutan karirnya yang semakin hari semakin mendaki. Hampir seluruh rentang Indonesia sudah ia jajaki demi tugas.

Tawa lebarnya merebak saat menyambut kami di ruang kerjanya di Gedung Divisi Consumer Regional 1 Sumatera, Jalan Prof. Yamin SH siang itu. Sikapnya yang lepas sangat menolong kami terbebas dari suasana formal. “Santai sajalah,” katanya sambil mengangkat sebelah kakinya dengan posisi suka-suka seperti berhadapan dengan teman lama.

Menggambarkan pribadi Overlis tidaklah sulit. Ia sangat terbuka, cuek, doyan mengobral tawa, dan jauh dari bayangan orang tentang sosok seorang GM Divisi Consumer Regional 1 Sumatera. Tapi menebak asal-usulnya jauh lebih sulit dari pada mengenal kepribadiannya. Dugaan awal kami bahwa ia adalah seorang Ambon, NTT, atau Manado, gugur semua. Memang, pria kelahiran tahun 1957 ini mengenal daerah-daerah timur itu dengan baik, sehingga semakin menguatkan sangkaan kami. “Saya ini orang Melayu asli, kampung saya di Indragiri Hulu,” katanya sambil menertawakan pikiran kami yang sangat ngawur.

Pak Overlis baru bekerja di posisinya sekarang sejak 8 Januari 2010. Di posisi sebelumnya, ia bekerja sebagai SM Marketing and Sales Regional Divisi 1 Sumatera yang masih menggabungkan divisi teknis jaringan dan consumer. Setelah Telkom melakukan restrukturisasi organisasi, maka kedua divisi ini dipisahkan, dan Pak Overlis terpilih sebagai general manager pertama bidang consumer untuk regional Sumatera. Oleh karena itu, dapat dimaklumi kalau beliau tidak merasa canggung lagi dengan posisi baru tersebut. “Saya sudah 18 kali pindah lokasi kerja. Hanya saja ruang lingkup kerja sebelumnya di daerah-daerah yang lebih kecil. Ini adalah tugas pertama saya untuk wilayah yang luas,” tutur ayah dari 3 anak ini.

Pengalaman berpindah-pindah tugas memberikan keuntungan tersendiri bagi Pak Overlis. Ia akhirnya menguasai berbagai bahasa daerah, mulai dari Bahasa Maluku, Minang, Jawa sampai Bahasa Sunda. Keuntungan lainnya, ia menjadi ahli menyesuaikan diri di kalangan pejabat PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. “Karena sudah biasa pindah-pindah, saya merasa kemampuan sosialisasi saya menjadi semakin baik. Bukan karena saya pintar, tetapi karena tuntutan keadaan,” ujarnya merendah.

Bicara tantangan, kini saatnya bagi Pak Overlis menghadapi persoalan tertinggi dari seorang pemimpin, yaitu belajar membuat kebijakan. “Bagi saya, masalah adaptasi pada posisi baru sudah selesai. Sekarang saya dituntut membuat kebijakan-kebijakan produktif di bidang pelayanan konsumen. Secara umum, saya menyukai tantangan bekerja di BUMN ini, meskipun anak-anak saya harus mengenyam pendidikan yang berpindah-pindah. Malah, anak saya yang pertama sampai 6 kali pindah SD,” kenangnya.

Pak Overlis mengawali karirnya di PT Telkom melalui jalur Pengatur Muda Teknik Telekomunikasi (PMTNT) Bandung selama 2 tahun. Saat ini, PMTNT dikenal dengan STT Telkom. Setelah itu, ia bertugas di Bandung, di mana beliau melanjutkan sekolah tata usaha selama 1,5 tahun sebelum akhirnya diberikan lokasi dinas baru di Maluku pada tahun 1991.dan Tahun 1995 ikut sekolah orientasi sarjana di Bandung. Dan kembali pindah ke Sumatara

Di Ambon, tempat inilah Pak Overlis menimba pengalamannya sebagai Manager Marketing Telkom Ambon. Kemampuannya dalam pekerjaan betul-betul diasah di provinsi bagian timur Indonesia ini. Sebagai Manager, ia bertanggung jawab terhadap semua bidang, meskipun Ambon jauh lebih kecil cakupannya dibanding Sumatera atau regional lainnya.

Waktu-waktu luangnya di Ambon diisi dengan kegiatan memancing yang disukainya. “Waktu itu, hampir setiap hari saya pergi memancing di Teluk Kota Ambon bersama teman-teman. Senangnya bukan main. Sampai-sampai saya nggak sadar kulit saya perlahan-lahan bertambah hitam,” tuturnya.

Pak Overlis mengaku, masa dinasnya di Ambon merupakan saat-saat paling berkesan dalam hidupnya. “Awalnya saya dan keluarga sama sekali buta dengan Ambon. Ada gosip yang mengatakan di sana tidak ada kulkas dan TV, sehingga kami sampai memaketkan benda-benda itu ke Ambon. Tapi begitu sampai di sana, ternyata Ambon tidak begitu terbelakang seperti yang kami bayangkan. Ambon sudah maju, bahkan manusianya lebih disiplin dibanding kota-kota besar lainnya. Saya bahkan pernah dimarahi tukang becak di tengah kota karena sifat cuek saya menyeberang di zebra cross,” kenangnya sambil tertawa.

Di provinsi seribu pulau inilah Overlis belajar bergaul gaya orang Ambon. “Di sana orang-orangnya polos dan jujur serta gampang bergaul. Pendeknya di sana betul-betul asyik,” kata Overlis.

Keberhasilannya di Telkom Ambon mengantarkan Overlis ke posisi GM Kandatel Tarnate (Maluku Utara) sebelum akhirnya kembali ke Bandung pada tahun 1995. “Waktu kembali ke Bandung, teman-teman sampai bingung melihat perubahan warna kulit saya. Menurut mereka saya sudah mirip orang Maluku…ha…ha…ha…”

Sebelum pindah ke lokasi lainnya, Overlis sempat menyelesaikan kuliah S1 Ekonomi Universitas Islam Nusantara Bandung. Begitu selesai, penempatan ke lokasi baru langsung menyambutnya.

Setelah beberapa kali penempatan, akhirnya ia kembali menyapa Sumatera lewat Pekanbaru sebagai GM Kandatel Riau Daratan. Lalu merambah ke Kota Padang dengan posisi sebagai GM Kandatel Sumatera Barat. Di Ranah Minang, ia menyempatkan diri mengambil program S2 Ekonomi di Universitas Negeri Padang. “Mumpung otak saya masih mampu dan ada kesempatan, saya manfaatkan untuk belajar meskipun pilihan jurusannya sedikit aneh bagi orang-orang yang bekerja di dunia telekomunikasi,” tutur Overlis.

Tapi entah disadari atau tidak, dunia ekonomi yang dipelajarinya membuatnya lebih matang dalam bidang marketing. Setelah berturut-turut menjabat sebagai GM Kandatel di Siantar dan kembali ke Riau Daratan dengan jabatan yang sama, pada tahun 2006 ia dan keluarga pindah tugas ke Kota Medan. Saat itu, bidang marketing-lah yang diberikan atasan padanya. Gayung bersambut, tugas barunya ini dilaksanakan dengan baik hingga mendapat kredit khusus dari atasannya. Ketika akhirnya terjadi restrukturisasi organisasi di tubuh Telkom, Overlis dipercayakan menduduki jabatan GM Divisi Consumer Regional 1 Sumatera pada awal tahun ini.

Meskipun sekilas terlihat nyeleneh dan cuek, tapi Pak Overlis ternyata adalah orang yang disiplin. Untuk hal yang satu ini, beliau memegang prinsip 5S: Semangat, Solid, Speed Up, Sukses dan Syukur. Ia juga telah memperkenalkan 5 prinsip tersebut kepada para bawahannya sebagai pola pikir dan pola bertindak (semacam corporate culture).

Adapun strategi yang dilakukannya di tengah era handphone yang memicu turunnya penggunaan telepon rumah ini adalah menggenjot penggunaan internet melalui produk Speedy. Untuk itu, berbagai program telah diluncurkan seperti pemasangan free internet spot di taman-taman Kota Medan dan kota-kota kecil di sekitarnya seperti Binjai, Lubuk Pakam, Stabat, dan lain-lain.

“Kami juga meluncurkan produk Paket Tagihan Tetap (PTT) bagi para pelanggan Telkom. Value bagi pelanggan bisa sampai 20% dari rata-rata bayar dengan abodemen gratis dan SLJI gratis, tapi ada batas waktunya,” jelas Overlis bersemangat. Bicara soal keuntungan-keuntungan produk Telkom, pria ini menjadi sulit dihentikan. Ia tiba-tiba berubah menjadi seorang marketing yang berapi-api. Wah, kalau pimpinannya sudah begini, para staf dan karyawannya tentu harus lebih agresif lagi.