GM UCSR-1 Sumatra,Overlis, Senin (27/9) membuka secara resmi pelatihan STLP dI Learning Center, Medan, Jln Jamin Ginting, Medan. Pelatihan yang diikuti 34 orang dari beberapa unit bisnis yang ada di Sumatra itu akan berlangsung hingga Jum'at (1/10). Hadir pada pembukaan pelatihan, Kordinator Group Learning Program (GLP) Tengku Hedy Safina dan OM LC Medan Muhammad Yamin.
Overlis dalam ceramahnya menjelaskan kondisi persaingan dan potensi yang ada di Sumatra saat ini. Dengan potensi populasi penduduk sebanyak 50 juta jiwa maka seharusnyalah layanan broadband dapat tumbuh lebih besar. Diakui Overlis, tingkat persaingan bisnis data dan internet pun sudah nyaris sama dengan yang dihadapi UCSR-2 Jakarta karena semakin banyaknya kompetitor. Overlis juga menjelaskan berbagai hal yang dihadapi oleh Unit Consumer Service (UCS) Regional 1 Sumatra pas Transformasi Organisasi.
Menyangkut dengan bisnis data dan internet saat ini, jelas Overlis, ada tiga pilar penting yang menjadi ”kata kunci” untuk memenangkan persaingan. Ketiga pilar itu adalah ; (1) infrastruktur, (2) Chanel dan (3) Edukasi. Tiga pilar ini harus digarapa secara serius. Menyangkut dengan infrastruktur, Overlis mengatakan harus tersedia diseluruh lokasi pemasaran agar kebutuhan masyarakat dapat dipenuhi. Dibeberapa area kondisi infrastruktur tersedia dengan cukup namun di beberapa area kondisinya sudah kritis. ”UCSR-1 bersama Diva dan Divisi Infratel sudah melakukan koordinasi untuk mengamankan alat produksi yang kritis tadi termasuk upaya-upaya meningkatkan kualitas lananannya,” jelas Overlis.
Pilar kedua adalah Chanel. Dalam bisnis telekomunikasi ke depan maka pengelolaan chanel harus dilakukan secara intensif. Saat ini, ada tujuh bentuk chanel ( Dealership, telemarketing, Co-Branding, Commaers Teritory, Community. Phone-ini/Web-in/SMS-in dan Walk-in Plasa) yang dikembangkan untuk mengamankan target sales Speedy. Namun demikian, chanel ”Pejuang” masih memberikan kontribusi yang cukup besar bagi sales Speedy di Sumatra.
Sedangkan pilar ketiga adalah : edukasi. Dengan populasi penduduk sebanyak 50 juta yang berdomisili di 1300 kecamatan, 151 kabupaten, 10 provinsi, adalah pasar yang potensial. Namun, pelanggan Speedy saat ini barulah 245 ribu SSL. Sedangkan pelanggan POTS saat ini mencapai 1,1 juta sst. Kata Overlis, pihaknya berharap, pelanggan Speedy dapat tumbuh hingga 50 % dari jumlah pelanggan POTS. ” Agar pelanggan Speedy dapat tumbuh signifikan maka masalah edukasi menjadi semakin penting,” kata Overlis.
Program-program edukasi yang sudah dilakukan adalah mengembangkan Layanan pelatihan Broadband Learning Center (BLC) diseluruh Kantor Telkom di tingkat Provinsi dan Kabuipaten. Dengan BLC ini, maka program edukasi dapat dilakukan lebih intensif karena diberikan secara gratis. Selain BLC, juga dilakukan pengembangan Taman Digital dan pemasangan Wi-Fi baik gratis mau pun berbayar di banyak lokasi. Overlis memberikan contoh, CSA Sumatera Barat yang selama kini gencar melakukan edukasi saat ini menuai hasil sales yang cukup besar.
Program edukasi dalam bentuk BLC dan Taman Digital dapat dilakukan melalui program kerjasama Pemerintah Kota dan Kabupaten serta komunitas-komunitas yang ada. Beberapa Taman Digital yang dibangun, seperti Taman Ahmad Yani, Medan, dilakukan kerjasama dengan Pemko Medan, Taman Digital Benai dilakukan kerjasama dengan Pemkab Taluk Kuantan, Taman Digital Taman Sari dilakukan kerjasama dengan Pemko Banda Aceh dan Taman Digital Engku Putri dilakukan bekerjasama dengan Pemko Batam. *** Syaiful Hadi – Medan
Overlis dalam ceramahnya menjelaskan kondisi persaingan dan potensi yang ada di Sumatra saat ini. Dengan potensi populasi penduduk sebanyak 50 juta jiwa maka seharusnyalah layanan broadband dapat tumbuh lebih besar. Diakui Overlis, tingkat persaingan bisnis data dan internet pun sudah nyaris sama dengan yang dihadapi UCSR-2 Jakarta karena semakin banyaknya kompetitor. Overlis juga menjelaskan berbagai hal yang dihadapi oleh Unit Consumer Service (UCS) Regional 1 Sumatra pas Transformasi Organisasi.
Menyangkut dengan bisnis data dan internet saat ini, jelas Overlis, ada tiga pilar penting yang menjadi ”kata kunci” untuk memenangkan persaingan. Ketiga pilar itu adalah ; (1) infrastruktur, (2) Chanel dan (3) Edukasi. Tiga pilar ini harus digarapa secara serius. Menyangkut dengan infrastruktur, Overlis mengatakan harus tersedia diseluruh lokasi pemasaran agar kebutuhan masyarakat dapat dipenuhi. Dibeberapa area kondisi infrastruktur tersedia dengan cukup namun di beberapa area kondisinya sudah kritis. ”UCSR-1 bersama Diva dan Divisi Infratel sudah melakukan koordinasi untuk mengamankan alat produksi yang kritis tadi termasuk upaya-upaya meningkatkan kualitas lananannya,” jelas Overlis.
Pilar kedua adalah Chanel. Dalam bisnis telekomunikasi ke depan maka pengelolaan chanel harus dilakukan secara intensif. Saat ini, ada tujuh bentuk chanel ( Dealership, telemarketing, Co-Branding, Commaers Teritory, Community. Phone-ini/Web-in/SMS-in dan Walk-in Plasa) yang dikembangkan untuk mengamankan target sales Speedy. Namun demikian, chanel ”Pejuang” masih memberikan kontribusi yang cukup besar bagi sales Speedy di Sumatra.
Sedangkan pilar ketiga adalah : edukasi. Dengan populasi penduduk sebanyak 50 juta yang berdomisili di 1300 kecamatan, 151 kabupaten, 10 provinsi, adalah pasar yang potensial. Namun, pelanggan Speedy saat ini barulah 245 ribu SSL. Sedangkan pelanggan POTS saat ini mencapai 1,1 juta sst. Kata Overlis, pihaknya berharap, pelanggan Speedy dapat tumbuh hingga 50 % dari jumlah pelanggan POTS. ” Agar pelanggan Speedy dapat tumbuh signifikan maka masalah edukasi menjadi semakin penting,” kata Overlis.
Program-program edukasi yang sudah dilakukan adalah mengembangkan Layanan pelatihan Broadband Learning Center (BLC) diseluruh Kantor Telkom di tingkat Provinsi dan Kabuipaten. Dengan BLC ini, maka program edukasi dapat dilakukan lebih intensif karena diberikan secara gratis. Selain BLC, juga dilakukan pengembangan Taman Digital dan pemasangan Wi-Fi baik gratis mau pun berbayar di banyak lokasi. Overlis memberikan contoh, CSA Sumatera Barat yang selama kini gencar melakukan edukasi saat ini menuai hasil sales yang cukup besar.
Program edukasi dalam bentuk BLC dan Taman Digital dapat dilakukan melalui program kerjasama Pemerintah Kota dan Kabupaten serta komunitas-komunitas yang ada. Beberapa Taman Digital yang dibangun, seperti Taman Ahmad Yani, Medan, dilakukan kerjasama dengan Pemko Medan, Taman Digital Benai dilakukan kerjasama dengan Pemkab Taluk Kuantan, Taman Digital Taman Sari dilakukan kerjasama dengan Pemko Banda Aceh dan Taman Digital Engku Putri dilakukan bekerjasama dengan Pemko Batam. *** Syaiful Hadi – Medan